Kongkowkuy – Sebuah video memperlihatkan beberapa orang siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) dianggap berjoget tidak pantas viral di sosial media.
Video trending goyangan siswi SMA itu menarik perhatian warganet sampai jadi pembicaraan hangat.
Lalu Bagaimana penampilan sebagian orang siswi SMA itu?
Diambil dari kompas.com, baru saja ini tersebar video beberapa siswi SMA di Kabupaten Batang membuat konten untuk sosial media.
Dengan berseragam sekolah mereka berfoto dengan goyangan tidak pantas.
Video memiliki durasi 14 detik itu berisi gabungan beberapa video dan foto singkat. Saat beberapa siswi berjoget, ada temannya yang begabung dengan gaya menggenggam dada seakan ekspos di muka camera.
“Tersebar video beberapa siswi salah satunya SMA di Tangkai berpenampilan memperlihatkan badan bak orang dewasa,” dalam info video tersensor yang tersebar di sosmed mulai Sabtu (9/12/2022).
Merespon hal itu, Kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Jateng Uswatun Hasanah menyebut mereka awalnya hanya bermaksud membuat konten video biasa di sela-sela kegiatan tengah semester.
“Sudah selesai itu. Jadi hati-hati ya. Maksud dari anak itu mau TikTok-an sendiri di kegiatan tengah semester, kemudian pakai aplikasi Capcut, ternyata di belakangnya ada latar sekolah,” tutur Uswatun kepada Kompas.com, Sabtu (20/12/2022).
Usai diunggah di status WhatsApp miliknya, sebanyak sembilan teman di kontaknya menonton lalu pengunggah video mendapat terguran.
“Setelah itu diingatkan terus dihapus karena ada salah satu yang mengunggah juga,” ungkapnya menceritakan video yang juga diunggah teman-teman siswi lainnya.
Uswatun menilai pelakuan anak-anak itu murni atas ketidaktahuan mereka. Ia juga mengimbau orang dewasa untuk tidak menghakimi kreativitas anak-anak.
“Jadi saya harap begini, kreativitas anak dulu dan sekarang, kita tidak boleh mengjudge kalau itu anak nakal karena ketidaktahuan, saya yakin itu karena ketidaktahuan,” bebernya.
Meski begitu pihaknya tetap mengedukasi mereka. Para orangtua siswi juga disebut tidak mengetahui apa yang dilakukan anaknya di media sosial.
“Pada prinsipnya anak menyesal dan sudah minta maaf semoga jadi pembelajaran untuk semuanya,” harapnya.
Pihaknya maupun sekolah tak memberi hukuman secara khusus. Akan tetapi Uswatun menilai sanksi sosial yang diterima mereka dari orang sekitar sudah cukup memberi efek jera.
“Dia itu punishment dari masyarakat, dari teman, itu sudah jadi efek jera saya kira. Tapi bukan berarti, saya belum pernah, tak coba-coba, ya jangan. Efek sosial itu lebih mengena pada mereka,” pungkasnya.